Apa akibatnya? Terjadi lack of trust antara atasan-bawahan, bawahan merasa curiga dan sinis atas tugas dan tuntutan atasan, tidak terbangun engagement, hubungan kerja menjadi transaksional. Karena atasan seringkali tidak mengenali tipe-tipe perilaku setiap bawahannya, hubungan kerjanya menjadi kering tanpa hubungan emosional terlibat di dalamnya. Dalam suasana kepemimpinan yang kering dan mencekam, jangan heran kreativitas tidak mungkin muncul dan akibatnya tidak lahir inovasi baru ditengahnya.
Hubungan kerja sekarang membutuhkan kecerdasan perilaku, contohnya seperti memiliki empati, membangun kolaborasi dan hasilnya dapat meningkatkan kreativitas, hal ini bisa dimiliki apabila kita sebagai pemimpin mulai memahami tipe-tipe perilaku bawahan kita. Bagaimana satu individu dapat berespon baik atas sebuah tantangan, tugas dan tanggung jawab? Bagaimana dapat membangun motivasi tersembunyinya? Semuanya harus dimulai dengan kepemimpinan yang berbasis perilaku, membangun kecerdasan perilaku atasan dan bawahannya.
Dengan saling mengenali dan memahami maka atasan dapat membangun keterampilan bawahan lebih mudah dan mendorong melahirkan kreatifitas. Apabila bawahan hanya bekerja mengandalkan instruksi atasan, seperi robot yang menunggu perintah maka hubungan kerja seperti ini tidak akan melahirkan kreatifitas.
Dengan memahami tipe perilaku masing-masing maka hubungan kerja akan berdasarkan sambung rasa yang dapat meningkatkan kolaborasi dan sinergi. Ada beberapa hal yang perlu menjadi panduan dalam memimpin berdasarkan tipe perilaku.
Pertama, ketahuilah bahwa kita adalah individu yang unik dan berbeda. Kenalilah perbedaan kita dengan bawahan, berilah perhatian penuh pada apa yang dirasakan bawahan ketika kita memberikan tugas dan instruksi karena mereka unik.
Kedua, kita perlu mengenali respon perilaku kita ketika under-pressure, yang biasanya menjadi respon atas bad days yang dialami, mood kita akan terganggu. Sebagai pemimpin jangan tulari bad moods kita kepada bawahan, ketidak puasan kita atas kinerja bawahan juga perlu dikomunikasikan dengan baik berdasarkan tipe perilaku bawahan sehingga feedback yang diberikan akan menghasilkan respon positif dalam memperbaiki kinerjanya.
Ketiga, sebagai pemimpin kita harus belajar ekspresikan pikiran dan perasaan, menjadi lebih extrovert, menjadi seorang dominant dan influence
Keempat, seorang pemimpin harus menunjukkan respek kepada bawahan untuk menghasilkan hubungan yang jujur dan efektif. Pemimpin perlu menyebarkan optimisme agar semua bawahan yakin akan berhasil bersama walaupun perusahaan sedang mengalami masa-masa sulit.
Terakhir saya teringat pesan seorang yang bijak selalu berkata kepada saya bahwa “pemimpin adalah seorang yang menuliskan ceritanya sendiri, we write our own story”. Bersikaplah konsisten dalam menjalankan semua tips diatas!
Leave a reply